JS, Jakarta - Tulisan ini hanya mencoba menggali ingatan masa kecil saya yang sekian lama terkubur oleh waktu. Dan untuk mengenang masa-masa itu saya mencoba membolak-balikkan file yang berserakan dalam ingatan saya. Ya satu masa dimana jaman belum semodern saat ini. Belum ada media sosial dan alat komunikasi dan informasi secanggih Android. Hanya tape recorder, radio cawang dan televisi hitam putih. Hanya itu yang famalier dikalangan masyarakat, tape recorder dan radio cawang. Sehingga untuk menikmati hiburan dari pentas seni suara hanya dari suara yang keluar dari tape recorder dan radio cawang.
Awal tahun 1980-an ingatan saya mulai bekerja, dan mulai bisa menyimpan apa yang dilihat dan didengar meski kapasitas daya simpan masih terbatas. Maklum baru beranjak dari masa kanak-kanak.
Dalam tulisan ini saya ingin bercerita tentang perkembangan musik tradisional di lampung, terutama seputaran daerah Semaka dan sekitarnya. Pada tahun 1970-an, dari beberapa sumber cerita ketika saya masih kecil, ada beberapa orkes gambus yang lahir ketika itu. Ini ditandai banyaknya warga yang menanggap orkes gambus ketika hajatan atau Nayuh. Ditambah banyaknya lagu-lagu Lampung yang dirilis ketika itu baik secara original ataupun karbitan (karbitan maksudnya tidak melalui dapur rekaman). Direkam melalui tape recorder.
Ada dua jenis orkes yang lahir kala itu, yaitu orkes melayu yang di singkat OM dan orkes lampung yang disingkat OL. Makanya pada setiap grup orkes ditandai dengan nama depan OL atau OM. Misalnya nama grup orkes lampung: OL Kilu Bimbing, OL Seandanan. Begitu juga grup orkes melayu misalnya: OL Gita Nada.
Di era tahun 1970-an ada beberapa artis/penyanyi sekaligus musisi yang terkenal di kala itu. Mereka bukan hanya dikenal karena kepiawaian memainkan alat musik tetapi juga karena mereka memiliki suara yang khas dan karakter musik tersendiri. Ditambah lagi konon katanya bila mereka bernyanyi semua akan terpukau dengan aksinya sebelum dan selagi berpentas. Misal sebelum bernyanyi mesti ada penomena alam seperti ada badai dahulu, ada yang bisa menelan atau menghilangkan suara seseorang teman bernyanyi sepanggung, dan lain-lain.
Di seputaran semaka (lingkup teluk semaka) ada beberapa orang yang kesohor sebagai penyanyi dan sekaligus sebagai musisi di era tahun 1970-an yaitu; Arifin M, Musa, Ismail dan Yudi Wulandari. Tapi sayang hanya Arifin M yang mampu bertahan eksis hingga akhir hayatnya dan menyandang sebagai raja dangdut Lampung. Sedangkan Musa dan Ismail hilang begitu saja bak ditelan bumi.
Sementara diseputar luaran semaka ada Abdul Ghani, M Rusli, Zainal, Nurbaiti, Shera Diba, Hilla Hambala, Eddy Pulampas,Yusnida, Aini Cahya, dll. Abdul ghani adalah yang memiliki gerup A Ronny's group dan sekarang diteruskan oleh Erwinardo.
Memasuki era tahun 1980-an hadirlah Maryani dan Baharudin RS dengan merilis album peting tunggalnya yang kesohor kala itu "Butudung Rani Labung" diiring musik dari OL Kilu Bimbing. Ketika itu ada juga album versi orkesnya, lupa saya nama albumnya. Tapi ada lirik lagunya yang hingga kini masih terniang kuingat yaitu; "Ku teduh halok jawoh, putit hambor jak pagi, api lajuku jemoh sayang..mak tungga niku lagi..".
Sementara dibelahan bumi Lampung bagian barat ada orkes dari Canggu pimpinan dari Seem Canggu dengan album terbarunya kala itu. Ini juga lupa saya judulnya tapi liriknya ada yang membekas dari album itu; "Hamu lepang bang gedang, lemuja belah pitu, hamu lipang haku dang, pagun payudo hamu..".
Di era tahun 1990-an perkembangan musik Lampung lebih pesat lagi. Ini terlihat dari banyaknya album yang dirilis dan banyaknya artis dan musisi pendatang baru. Sebut saja, ada Yoppy Adam dengan album Mak Dudan, Tarmizi As dengan albumnya Rasan Malang, Yusuf RS dengan Buntak judu, Nwari dengan albumnya Mak Imul, Mila Riyanti dengan lagunya Kambas Kudan, Atik Nurmila dengan lagunya Kundangku, Ummi Nadiya dengan Umbak pecoh di Tengah, Iwan Sagita dengan lagunya Nedos Hati, Ana Waya dengan lagunya Balin cara, Lisma Aprida dengan lagunya Cancanan Hada, Maya Soraya, Murti Devi, Erni Pratiwi, Erda S dengan lagunya Janji Setia, Ermila SG dengan lagunya Keliling Dunia, Nuridosia dengan lagunya Say Lagi dan masih banyak lagi yang belum tersebut.
Adapun studio record yang menjadi produser lagu-lagu lampung adalah Rwasta gruop record, Teluk Semaka record, Sai Betik record dan masih ada yang lain.
Terkhusus untuk Arifin M dan Abdul ghani (A Ronny), banyak sekali lagu-lagu beserta albumnya. Untuk Abdul ghani ada album Kupak-Kapay, Incang-Incang, Mati Kajong, Mamak Inut, Pilihan Tunggal, Giluh-Giluh mak cabuk dan masih banyak lagi. Arifin M juga banyak sekali album lagunya diantaranya; Salam Sikam, Sayang-sayang, Salam di batok angin, Kapando, Dunia-dunia, Banjir Lampung selatan, Musibah Lampung Barat, Yana, Bang supir dan masih banyak lagi yang lainnya.
Begitu juga dengan Hilla Hambala dan Eddy Pulampas, Erwinardo, Zainal dan lain-lainnya. Karya-karya mereka cukup banyak. Mereka sangat berpengaruh dalam pelestarian serta perkembangan musik Lampung.
Selain artis juga masih banyak para musisi atau penggubah lagu yang kurang kita kenal. Karya-karya mereka cukup baik dan menghibur. Seperti lagu-lagu gubahan L Komar cukup banyak tersebar ditengah masyarakat.
Untuk saat ini perkembangan musik lampung cukup menggembirakan. Dijaman android ini banyak penyanyi-penyanyi baru bermunculan. Begitu juga dengan penggubah lagunya. Tapi sayang sepertinya hingga saat ini belum ada komunitas yang mumpuni yang mampu menyatukan dalam satu wadah organisasi dari penggiat musik Lampung. Belum juga ada orang yang menginventarisir lagu-lagu dan penggubah lagu lampung. Sehingga masih banyak yang tidak terlacak, terutama para musisi. Ada baiknya lagu-lagu yang telah terilis diinventarisir siapa peciptanya, nada dan liriknya seperti apa. Untuk menghindari penjiplakan sebuah lagu oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab. Karena bukan tidak mungkin dijaman android ini banyak lagu-lagu lawas yang dimodif dengan merubah judul, syair dan bahkan peciptanya, sehingga terjadi pengaburan karya orang lain. Sehingga karya orang lain diklaim menjadi hasil karyanya. Semoga tidak.
Dari paparan diatas bisa disimpul, perkembangan musik Lampung, maju mundurnya tergantung kepada kita semua dan generasi muda memiliki tanggung jawab yang berat.
Penulis : Semacca Andanant