JS, SINOPSIS - Sungguh menarik membicarakan masalah keberadaan buzzer di dunia maya. Sebagai sebuah profesi buzzer memiliki nilai positif karena telah membuka lapangan kerja baru, meski tidak terbilang ideal. Tapi toh untuk mereka yang kehilangan atau kurang pekerjaan tambahan bisa saja menjadikan buzzer sebagai pilihan.
Buzzer, yang aktif bergerak di media sosial, pada awalnya muncul untuk membela marwah daripada pengguna jasanya.
Meski kadang pihak pengguna jasanya menjelaskan dengan berbagai permakluman dan pembenaran dari keabsahan penggunaannya.
Buzzer itu diperlukan untuk memberi dukungan seperti untuk memberi kesan benar serta bagus pada semua tindakan dan langkah sang tuan.
Buzzer adalah orang yang memiliki pengaruh tertentu untuk menyuarakan sebuah kepentingan. Entah orang itu tergerak dengan sendirinya untuk menyuarakan hal tersebut, atau ada imbal baliknya. Cara menyuarakan bisa secara langsung atau secara anonim.
Istilah Buzzer atau pendengung sebenarnya sudah lama ada. Makin dikenal ketika media sosial mulai masif dimanfaatkan sebagai channel komunikasi pemasaran. Baik untuk komunikasi pemasaran sebuah produk, jasa, sampai komunikasi "pemasaran" di bidang politik.
Seorang Buzzer biasanya memiliki jaringan yang sangat luas. Saking luasnya, biasanya para Buzzer ini memiliki sumber informasi A1, alias terpercaya.
Para Buzzer juga dikenal sebagai orang yang melek isu. Mereka bisa dengan cepat membuat konten berdasarkan isu yang sedang marak saat ini.
Mereka merancang isu tertentu yang harus didengungkan ke publik lewat saluran media sosial. Mereka biasanya sudah memetakan siapa-siapa saja orang yang bisa menjadi perantara pesan itu agar mendengung dan viral. Selain itu Buzzer juga mengatur lalu-lintas penyebaran pesan tersebut. Melalui tools-tools atau bot yang mereka punya.
Buzzer lebih berfokus pada penggiringan opini secara masif, tanpa dasaran yang kuat. Namun dibutuhkan untuk meyakinkan ratusan, bahkan jutaan orang, biasanya Buzzer dikenal sebagai orang yang cakap bermedia sosial.(*/MS)